Nostalgia ke Bali, 4 Hari Kemana Saja?


Saat tiba di Bandara Ngurah Rai, Bali
 
Nostalgia ke Bali, 4 Hari Kemana Saja? Bali, aku kangen. Rasanya, rindu ini harus dituntaskan segera, pikirku saat itu. Setelah menimbang, akhirnya memutuskan untuk liburan ke Bali. Kenapa Bali? Pertama, ingin menuntaskan rasa kangen dan menepati janji ke diri sendiri sekalian self reward. Terakhir ke Bali sudah lama sekali dan sebagai hadiah ulang tahun di bulan Juni lalu. Agenda liburan ke Bali sudah ku plan dari jauh-jauh hari untuk mempersiapkan alokasi budget dana. Apalagi, melihat harga tiket pesawat yang tidak murah juga. Entah kenapa, aku ingin sekali liburan mencari kenyamanan, jadi banyak yang harus dipersiapkan. Setelah memutuskan kapan akan berangkat, langsung pesan tiket pesawatnya. Berhubung, ingin trip yang nyaman,  jadi memilih private trip. Dalam pemilihan jasa travel, browsing ke sana dan ke sini, mencari rekomendasi dan akhirnya menemukannya, akan di share melalui postingan ini juga.

Cerita di Bali

Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum liburan?

1. Alokasi Budget Dana

Sebelum memutuskan untuk liburan, alangkah baiknya menyiapkan dana. Dalam tahap alokasi budget dana, harus memperhatikan cashflow keuangan dulu. Untuk liburan ke Bali, saya setiap bulan menabung, untuk kisaran sesuaikan kemampuan finansial masing-masing. Pas ke Bali, Saya naik pesawat Super Jet dari Soekarno Hatta dan pulangnya naik Citylink, turun di Halim. Untuk harga tiket pesawatnya bervariasi, PP di harga 3jutaan. Nah, setelah tiket pesawat harus memperhatikan budget dana untuk trip di sana, makan dan penginapan. 

2. Persiapkan Fisik yang Sehat 

Selain dana yang dipersiapkan, kamu juga harus menyiapkan fisik yang sehat. Asli, selama 4 hari di Bali membuat lelah karena agenda kelayapan yang padat, di sisi lain saya merasakan bersyukur dan happy sekali. Bagi pengguna transportasi publik, langkah baik dengan jalan kaki, ini berguna banget saat kita melakukan traveling, tidak terasa sudah berapa ribu langkah.

3. Atur Jadwal Liburan

Ya, selain alokasi budget dana, persiapkan fisik yang sehat, diperlukan juga untuk mengatur jadwal liburan. Coba tanyakan sama teman sekitramu yang sering bolak balik ke tempat wisata yang kamu kunjungi. Seperti halnya, saat berkunjung ke Bali menanyakan ke teman, bulan apa yang baik saat berkunjung ke Bali, ternyata direkomendasikan sekitar bulan Juni s/d Agustus cuaca cerah. Meskipun cuaca tidak dapat diprediksi tapi setidaknya ada arahan. Pas tiba di hari Kamis siang, cuaca Bali sangat cerah, eh Jumat hujan deras, Sabtu cerah dan Minggunya mendung. Bagi yang bekerja, jangan lupa atur jadwal cuti dan sesuaikan dengan teman travelingmu.

4. Pilih Jasa Traveling yang Rekomendasi

Trip ke Bali ini benar-benar berjalan sesuai air mengalir, dibagi-bagi sama teman, ada yang pesan tiket pesawatnya, mencari open trip yang berpengalaman. Sempat ragu juga saat memilih open trip yang bertebaran di instagram dan akhirnya menemukan yang menurutku oke. Hal pertama yang dilakukan, langsung kontak tripnya dan memilih private trip, setelah berkomunikasi melalui whatsapp akhirnya deal, bersyukur banget dapat trip yang super menyenangkan dan Bli baik banget. Aku waktu itu hanya bayar uang muka sekitar 130ribuan dan sisanya saat di sana. Terima kasih Nusa Penida Panaromic, jasa trip Bali yang super menyenangkan, semoga bisa berjumpa kembali, ya.

Lalu, nostalgia ke Bali 4 hari ke mana saja?

1. Hari Pertama - Kamis

GWK - Pantai Pandawa - Uluwatu 

Berangkat dari Jakarta pagi dan sampai di sana sekitar jam 11:00 waktu Bali setempat. Bersyukur langsung dijemput sama Bli Kadek di Bandara, lalu diajak ke destinasi pertama GWK. Cuaca Bali di hari Kamis sangat cerah dan panas sekali. Ah, rindu langit biru itu terobati. Asli, cakep sekali, ujarku. Saat diajak mengelilingi jalanan di Bali, entah kenapa rasanya mau menangis haha. Enggak nyangka bisa menepati janji ke diri sendiri dan bisa berkunjung ke sini. Saat sampai di GWK, Bli Kadek sudah memesankan tiketnya. Tiket masuk GWK 120.000/org dan berlaku untuk wisatawan domestik. Megah! Kata pertama yang kuucapkan selama melihat area GWK. Ingat banget, sebelum sampai ke tempat yang dituju, pengunjung naik mobil shuttle. GWK - Garuda Wisnu Kencana, sebuah patung yang menggambarkan Dewa Wisnu yang sedang menunggangi burung Garuda sebagai kendarannyá. Setelah mengelilingi area GWK, aku dibuat kagum dengan keindahan alam ciptaan Tuhan yang begitu indah dan menawan.

Patung GWK, Bali

Tebing di GWK

Tebing di sana khas sekali dan budaya Bali itu selalu ada di setiap tempat wisata, sebagai pengunjung, kami sangat menghargai. Matahari saat tiba di GWK sangat menyengat sekali. Sayangnya, waktu berkunjung ke sana, waktunya tidak begitu banyak karena harus ke tempat wisata lainnya. Hanya berfoto-foto di sekitar GWK dan belum masuk ke museum GWK. Semoga, aku bisa mampir lagi ke sana dan menikmati keindahan Bali dari lantai 23. Dari perjalanan ke GWK, saya dibuat kagum dengan pelayanan toko GWK sendiri, di mana para pelayannya sangat fasih berbahasa asing, seperti Inggris dan Mandarin. Dibuat kagum, sebagai manusia kita memang harus upgrade diri untuk menjalin networking, bukan?

Pantai Pandawa dan Tanah Barak

Setelah dari GWK, melanjutkan perjalanan ke Pantai Pandawa dan Tanah Barak. Pantai Pandawa ini terkenal dengan jalan yang tebingnya terbelah gitu. Tiket masuk ke sini untuk wisatawan domestik sebesar 8000. Saat berkunjung ke pantai Pandawa ini dibuat kagum dengan keindahan alamnya yang begitu menawan. Langit biru Bali asli enggak ada obatnya. Saat berkunjung ke sana, hari Kamis, kirain akan sepi dan tidak ramai, nyatanya ramai juga. Pantai Pandawa ini termasuk pantai yang tenang dan sepi. Menikmati angin sepoi-sepoi sambil memandang lautan lepas, betapa bersyukurnya bisa menikmati ciptaan Tuhan. Tanah barak, tebing yang menjulang tinggi dan bagusnya.

                    


Uluwatu - Menonton Tari Kecak

Setelah berkunjung ke pantai Pandawa, destinasi selanjutnya yaitu berkunjung ke Uluwatu. Di sana menonton tari kecak. Niatnya, ingin menonton tari kecak sambil menikmati sunset, ternyata tiketnya sudah habis, alhasil nonton di jam kedua, yaitu jam 19:00 WITA. Sambil menunggu waktu pementasan, mengelilingi area Uluwatu yang begitu indah. Hati-hati ya saat berkunjung ke sini karena banyak sekali hewan monyet yang berkeliaran. Bagi yang menggunakan kacamata, harap berhati-hati dikarenakan sekelompok monyet sangat aktif dan bisa merebut kacamata pengunjung. Selain itu, jangan main handphone sepanjang perjalanan, jangan menggunakan topi. Usahakan saat ke sini sama tour guidenya ya, biar bisa dibantu selama perjalanannya. Tiket masuk ke Uluwatu sebesar 30.000 untuk wisatawan domestik. Jika kamu ingin menonton pertunjukkan tari kecak, kamu harus membayar sebesar 150.000 untuk wisatawan domestik.

                     


Dalam menunggu tari kecak di mana cuaca mendung membuat sedikit khawatir akan turun hujan. Hampir 2 jam-an menunggu giliran untuk sesi kedua. Selama menunggu sesi kedua akhirnya memutuskan untuk berkeliling menikmati sunset Uluwatu. Akhirnya tiba matahari terbenam menandakan waktu malam akan tiba. Pas sesi kedua, pengunjung dari wisatawan luar negeri sangat banyak. Tibalah waktunya untuk menonton tari kecak. Antrian sangat panjang dan saat memilih tempat duduk, di tengah-tengah berada dengan wisatawan mancanegara. Salut! Jujur, saya salut dengan pembawa acaranya, dikemas dalam 3 bahasa, yakni : Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Bali. Adem! 

Hal yang aku rasakan saat mendengar kata ucapan selamat datang. Sebelum acara dimulai, pemuka agama melakukan ritual terlebih dahulu. Tari kecak ini dilakukan oleh para lelaki, banyaknya mungkin belasan deh. Setelah melatunkan cak....cakk....cakk...sampai berulang lagi, tibalah pada puncak acara yakni untuk membebaskan Sinta dari Rahwana. Bagi yang suka nonton kisah Mahabrata, pasti tidak asing lagi. 

Tibalah, Hanoman Si Kera putih muncul dihadapan publik. Hal yang saya tunggu adalah kehadiran Hanoman. Pada akhirnya, Rama masih mempertanyakan kesetiaan Sinta. Setelah hampir 1,5 jam-an, pertunjukkan selesai juga. Kesimpulannya, saya takjub dengan Bali sih. Sekilas, jadi ingat pewayangan Jawa hehehe. Atraksi pemain kecak yang bagus diiringi dengan semilirnya angin malam yang menambah syahdu. Taraaaa....kesampaian juga saya foto dengan Hanoman hehe.

2. Hari Kedua - Jumat

Entah kenapa, saya merasakan waktu terasa begitu cepat saat sedang liburan. Tiba-tiba sudah Jumat aja hehe. Dan....dari pagi keluar hotel, cuaca Bali lagi sendu, hujan rintik-rintik. Sepanjang jalan ditemani hujan.

Alas Harum

Perjalanan hari kedua dari tempat penginapan menuju Alas Harum ditempuh dalam waktu dua jam-an. Alas Harum ini berlokasi di Kabupaten Gianyar. Selama perjalanan ditemani oleh hujan dan saat sampai di sana pun hujan. Huftttt....agak sedih sih. Pas sampai di lokasi, disarankan mencicipi kopi dan teh buatan asli lokal dan rasanya syahdu sekali. Setelah menunggu hampir 1,5 jam, akhirnya hujan sedikit reda dan mulai melihat pemandangan hijau-hijau. Behhhh....rasanya segar sekali, seperti menemukan oksigen hehe. Alas Harum ini seperti persawahan dalam bentuk terasering. Foto-foto dan berjalan kaki selama 2 jam di sana. Oh iya, di sana ada ayunan juga. Datang ke sana pas hari Jumat, dikira akan sepi eh tetap ramai sekali sama wisatawan mancanegara. Perputaran uang dan ekonomi di Bali sangat cepat. Saat di sini, saya tidak bisa berlama-lama karena akan menuju destinasi kedua.

       

El Lago Kintamani

Setelah berkunjung ke Alas Harum, perjalanan selanjutnya adalah El Lago Kintamani. Kami tiba di Kintamani untuk makan makan siang yang telat hehe. Kami mengunjungi cafe di mana pemandangannya bisa melihat gunung Batur. Saat sampai di sana, mencoba makan khas Bali, ayam Betutu dan minum kopi. Jika beruntung, akan bisa melihat cantiknya gunung Batur. Pas ke sana, cuaca lagi tidak bersahabat karena dari pagi sudah mendung. Alhasil harus sabar menunggu awan bergerak dan membuat cuaca lebih bersahabat, alhamdulilah akhirnya cerah juga, sehingga bisa foto dengan pemandangan gunung Batur yang menawan. Makan di sini rasanya enak dan masih terjangkau juga. Pas di sini, tidak bisa lama-lama karena harus melanjutkan perjalanan ke desa Panglipuran.

Ngopi dengan view Gunung Batur

                                             

Desa Panglipuran

Menuju desa panglipuran hampir mendekati matahari terbenam. Perjalanan menuju ke sini, lumayan jauh dari kota. Setelah sampai di lokasi, langsung bergegas membeli tiket masuknya sebesar 25000 untuk wisatawan domestik. Langsung kagum sih sama kebersihan dan tata letak desanya. Setelah menapaki tangga-tangga menuju halaman desa panglipuran, aku mengamati suasana damai dan ketenangan ada di sini. Sebagai kenangan, alhasil memutuskan untuk menyewa baju adat Bali di sini. Tetap yang menjadi andalan adalah warna merah hehe. Ciri khas baju adat Bali yaitu ada selendang dan bunga yang diselipkan di telinga. Oh iya, untuk sewa baju adat ini sudah sepasang sama rok dan selendangnya. Lupa harganya, sekitar 30.000 deh. Jujur, agak kaget pas ke sini ketika matahari terbenam, ada perubahan waktu dari sore ke malam, maka ada tandanya yaitu bunyi klentongan yang lumayan kencang. Desa Panglipuran tutup jam 19:00 WITA. Melalui wisata ke desa Panglipuran, jadi tahu budaya adat orang Bali, di mana ketika lagi beribadah, mÄ…ka di depan halaman rumahnya ada tandanya. Udara di sini segar sekali. Sepertinya, aku merasakan kedamaian dan berhasil keluar sejenak dari kepenatan Jakarta.

                   

3. Hari Ketiga - Sabtu

Setelah sudah nyaman di Bali, tiba-tiba sudah hari Sabtu aja. Entah kenapa kalau lagi liburan waktunya cepat sekali berputarnya. Hari ketiga di Bali sudah siap untuk menjelajahi destinasi wisata yang lain.

Taman Bunga Bali (The Blooms Garden)

Jam setengah delapan pagi sudah bergegas meninggalkan hotel untuk pergi ke destinasi ketiga. Destinasi pertama yaitu Taman Bunga Bali. Sesuai namanya, pasti dipenuhi dengan bunga-bunga yang cantik. The Blooms Garden berlokasi di Tabanan, Bali. Jarak dari pusat kota ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Pas ke sini, seperti menghirup oksigen, kenapa tidak? Karena banyak pepohonan warna hijau. Saran saya, kalau ke sini jangan siang, soalnya panas sekali. Oh iya, di sini ada berbagai bunga dan ada gapura juga, ciri khas kalau sedang di Bali. Tiket masuknya sebesar 30.000 untuk dewasa. Sekilas, The Blooms Garden ini mirip seperti Taman Bunga Nusantara hehe.

               

Handara Gate Bali

Hari Sabtu, setelah berkunjung ke The Blooms Garden, melanjutkan ke Handara Gate Bali. Tempat ini sangat popular di kalangan wisatawan. Kalau menurutku, ini seperti gerbang masuk. Memang sih, Handara Gate ini, gerbang masuk ke tempat golf. Kalau dilihat dari desainnya, memang menawan sih, ditambah dengan suasana yang damai. Namun, antrian di sini sangat padat dan ramai. Pas ke sini, disarankan langsung beli tiket dan nomer antrian bisa menunggu hampir dua jam lamanya. Pas datang kembali ke sini, nomer antrian sudah lewat karena ke Danau Bedugul. Jika berkunjung ke Handara Gate Bali harap bersabar dikarenakan antrian sangat panjang. Satu orang, 3 menit foto deh, jadi bisa ganti-ganti gaya. Tiket masuknya 30.000/orang. Saran saya untuk tempat wisata Handara Gate Bali, toiletnya diperbaiki dong, lebih bersih gitu dan jika ada yang terlewat, jangan diharuskan membeli tiket lagi, kasih kesempatan untuk mengantri tapi waktunya dibatasin menjadi 2 menit dari 3 menit. Padahal cuma telat persekian detik aja, tapi harus membeli tiket masuk lagi huffftt.

                                Handara Gate                                 

Danau Bratan

Danau yang terletak di kawasan Bedugul, Tabanan, Bali. Danau Bratan dikenal juga dengan Danau Bedugul. Berada di jalur jalan provinsi yang menghubungkan Denpasar-Singaraja. Di tengah danau ini terdapat tempat ibadah, yaitu Pura Ulun Danu. Pas ke sini, sempat menyempatkan makanan di Ulun Danu Beratan Resto, makanan lumayan enak, sate lilit ataupun ayam betutu namun pelayanan kurang cepat saja. Di danau Bedugul ini, kamu bisa melihat menawannya pemandangan. Banyak taman-taman yang dihiasi bunga-bunga cantik. Danau Bedagul ini yang menjadi latar belakang uang 50.000 (warna biru). Sudahkah kamu ke Danau Bratan atau Danau Bedugul?

                  

4. Hari Keempat - Minggu

Tidak terasa, waktu cepat sekali berlalunya ketika lagi liburan. Hari terakhir liburan di Bali, direkomendasikan ke Lempuyang, Tirta Gangga dan kulineran.

Lempuyang Bali

Pada saat ke Lempuyang, harus berangkat jam tiga pagi dari penginapan. Kenapa berangkat pagi? Karena tujuannya ingin menikmati sunrise dengan latar belakang Gunung Agung. Tepat sampai di lokasi jam empat pagi. Sebelum menanjak ke atas, dijemput oleh elf ke atas karena Pura Lempuyang berada di dataran tinggi. Udara dingin sangat terasa, untungnya menggunakan jaket, jadi lebih hangat. Udara pagi sangat segar. Tiket masuk menuju ke sini 50.000 untuk wisatawan domestik. Para wisatawan harus menapaki anak tangga menuju ke atas. Dan saat sampai di atas, keindahan gunung Agung tertutup kabut, sayang sekali. Meskipun gagal mendapatkan sunrise, namun kabut di sekitar Lempuyang sangat bagus. Seperti foto di Handara Gate, harus tertib sesuai dengan nomer antrian. Ketika sudah dipanggil nomer antrian lalu berfoto dengan latar belakang Gunung Agung.

        

Tirta Gangga

Di hari Minggu, seperti waktu lebih cepat dua kali, tiba-tiba sudah jam 8 pagi saja. Alhasil, langsung menuju tempat kedua yaitu Tirta Gangga. Jaraknya, tidak terlalu jauh dari Lempuyang sih. Tirta Gangga ini seperti taman air yang sangat indah. Di mana dalam kolamnya ada ikan-ikan segar yang bisa dikasih makan oleh pengunjung dengan membeli makanan di warung di depan. Jadi teringat, saat di sini, ada kolam peruntungan disebutnya, katanya sih dengan melemparkan koin dan melantunkan harapan-harapan, semoga ada yang kesampaian. Akhirnya, aku mencoba melempar koin sambil berharap hal kebaikan, semoga doa yang ku-ucapkan dalam hati ada yang kesampaian. Di sini, adem sekali dan sangat cantik kolamnya. Sayangnya, tidak bisa lama-lama di sini karena mencari oleh-oleh buat dibawa ke Jakarta.

         

Kulieran di Ikan di Pantai Lebih - Gianyar dan Belanja di Jogger

Sebelum kembali ke Jakarta, alhasil kulineran dulu di Pantai Lebih, warung Mbak Indah 2, rasanya ikan di sini segar sekali. Saat di sini, makan ikan bakar dan minum jus jeruk rasanya pas sekali. Apalagi harga di sini tuh murah meriah, terjangkau. Perihal rasa enak, ikan segar dan sambalnya pas. Pokoknya alhamdulillah sesuai selera. Waktu sudah semakin siang, alhasil buru-buru untuk ke Joger untuk belanja oleh-oleh dan kembali ke Bandara untuk pulang ke Jakarta (lagi).


                          


Terima kasih Bali untuk kenangan dan cerita di sana, akhirnya bisa menepati janji ke diri sendiri. Semoga, Masjid semakin tersebar rata di daerah di Bali, ya, sehingga kami umat Muslim bisa beribadah juga pas traveling ke sana. Langit Bali itu obat, udara di Bali itu seperti vitamin. Doa yang baik, semoga bisa ke Bali lagi.
















Tidak ada komentar

Yuk berkomentar di blog saya, saling berbagi informasi untuk orang lain juga :)

Mohon untuk tidak berkomentar dengan menggunakan link hidup :)

Terima kasih sudah berkunjung, tunggu kunjungan balik saya di blog kalian ya :D